Salam

===---بسم ا لله الرحمن ا لر حيم ___ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ---===

Rabu, 19 Desember 2012

UNINSTAL dan INSTAL Internet Download Manajer (IDM)

CARA UNINSTALL Internet Download Manager (IDM) SECARA TUNTAS.

Bismillah.
Assalamu'alaikum.

Ada Temen saya yang bertanya bagaimana cara agar IDM.nya bisa full versi lagi, karena IDM yang dulu tidak sengaja ketika mau ngeDownload ke Klik "Update IDM". karena dia memakai IDM yang menggunakan patch atau keygen, jadi.... ya IDM.nya tidak bisa digunakan lagi sebelum memasukan Kode Lisensi yang Asli.

Oke, udah ah Ceritanya.

Jika demikian, sebelum meng-Instal IDM, maka unInstal terlebih dahulu IDM yang tadi udah terlanjur di-update (kecuali mau beli Kode Lisensi yang Asli dari IDM =ga perlu di uninstal, langsung aja masukin kodenya == hehe.. :-PP)

Berikut ini adalah CARANYA meng-UnInstal IDM tanpa software. cekidouttt :
1. UNINSTALL Internet Download Manager ( IDM ).

2. Drives C > Program Files > Internet Download Manager > Klik kanan Folder Internet Download Manager > Delete.

3. RUN > regedit > HKEY_CURRENT_USER > Software > DownloadManager > Klik kanan Folder DownloadManager > Delete.

4. RUN > regedit > HKEY_LOCAL_MACHINE > Software > InternetDownloadManager > Klik kanan Folder InternetDownloadManager > Delete.

5. RESTART PC atau LAPTOP.nya.

6. INSTAL IDM yang Baru. silahkan download DISINI.

Sekian dulu dari saya. Mohon maaf jika ada kekurangan. Terimakasih. Wassalam. :))
Baca Selengkapnya...

Minggu, 06 Mei 2012

PEMELIHARAAN POMPA

BAB II PEMELIHARAAN POMPA
A. Macam – Macam Pemeliharaan pada Pompa
1. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance merupakan tindakan pemeliharaan yang terjadwal dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pompa dan menjaganya selalu tetap normal selama dalam operasi. Contoh pekerjaan tersebut adalah: 1) Melakukan pengecekan terhadap pendeteksi indikator tekanan dan temperatur fluida pada pompa, atau alat pendeteksi indikator lainnya. apakah telah sesuai hasilnya untuk kondisi normal kerja pompa atau tidak. 2) Membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada bodi pompa (debu, tanah maupun bekas minyak) 3) Mengikat baut-baut yang kendor 4) Pengecekan kondisi pelumasan pada bearing (unsealed) 5) Perbaikan/mengganti gasket pada sambungan-sambungan flange yang bocor atau rusak. 2. Predictive Maintenance Predictive Maintenance merupakan perawatan yang bersifat prediksi, dalam hal ini merupakan evaluasi dari perawatan berkala (Preventive Maintenance). Pendeteksian ini dapat dievaluasi dari indikaktor-indikator yang terpasang pada instalasi pada pompa dan juga dapat melakukan pengecekan vibrasi dan alignment pada pompa untuk menambah data dan tindakan perbaikan selanjutnya. 3. Breakdown Maintenance Breakdown Maintenance merupakan perbaikan yang dilakukan tanpa adanya rencana terlebih dahulu. Dimana kerusakan terjadi secara mendadak pada pompa yang sedang beroperasi, yang mengakibatkan kerusakan bahkan hingga pompa tidak dapat beroperasi. Contoh kerusakan tesebut adalah: 1) Rusaknya bantalan karena kegagalan pada pelumasan 2) Terlepasnya couple penghubung antara poros pompa dan poros penggeraknya akibat kurang kencangnya baut-baut yang tersambung 3) Macetnya impeller karena terganjal benda asing. 4. Corrective Maintenance Corrective Maintenance merupakan pemeliharaan yang telah direncanakan, yang didasarkan pada kelayakan waktu operasi yang telah ditentukan pada buku petunjuk pompa tersebut. Pemeliharaan ini merupakan ”general overhaul” yang meliputi pemeriksaan, perbaikan dan penggantian terhadap setiap bagian-bagian pompa yang tidak layak pakai lagi, baik karena rusak maupun batas maksimum waktu operasi yang telah ditentukan. B. Pemeriksaan Pendahuluan dan Cara Menjalankan Pompa Sebelum menjalankan pompa, maka terlebih dahulu harus dipriksa keadaannya, berikut adalah prosedur pemeriksaan pompa. 1. Pembersihan tadah isap dan pipa isap 2. Pemeriksaan sistem listrik 3. Pemeriksaan kelurusan 4. Pemeriksaan minyak pelumas bantalan 5. Pemeriksaan dengan memutar poros 6. Pemeriksaan pipa alat pembantu 7. Pemeriksaan katup sorong pada pipa isap 8. Memancing 9. Pemanasan/pendinginan awal 10. Pemeriksaan arah pemutaran 11. Penanganan katup keluar pada waktu star 1) Pompa sentripugal : tertutup penuh 2) Pompa aliran campur : biasanya tertutup penuh 3) Pompa aliran aksial : terbuka penuh 4) Pompa benam : katup keluar dibuka sedikit untuk mengeluarkan udara yang terperangkap didalam pipa kolom C. Pemeriksaan Kondisi Operasi 1. Pembacaan manometer dan ampermeter 2. Temperatur dan kebocoran pada kotak paking 3. Pemeriksaan bantalan 4. Pemeriksaan getaran dan bunyi 5. Pemeriksaan cakram pengimbang 6. Cara menangani instrumen D. Pengamanan untuk Penghentian Pompa Untuk menghentikan pompa secara manual, perlu diperhatikan langkah – langkah pengamanan sebagai berikut : 1. Pompa sentripugal dapat dimatikan setelah katup keluar ditutup rapat 2. Dalam hal pompa dipancing dengan pompa vacum, bukanlah aktup pembocor udara (vacum breaker) setelah pompa dihentikan 3. Bila pompa menggunakan air pendingin, tutuplah katup air pendingin setelah pompa dihentikan 4. Zat cair perapat pada kotak paking harus dibiarkan selama ada zat cair didalam pompa 5. Jika pompa berhenti karena listrik pada waktu E. Penanganan Pompa Cadangan Pompa cadangan (stanby pomp) harus dipersiapkan untuk dapat distart setiap saat. Pompa cadangan (stanby pomp) harus dipersiapkan secara periodik. Jika tidak pernah dijalankan, bagian dalam pompa dapat berkarat sehingga tidak dapat berputar. Dalam hal ini, pompa perlu dijalankan sedikitnya sebulan atau seminggu sekali selama kurang lebih 10 menit dan diperiksaapakah semuanya dalm keadaan normal. F. Penanganan Pompa yang tidak Dipakai dalam Jangka Waktu Lama 1. Jika pompa tidak akan dioperasikan dalam jangka waktu lama, zat cair yang ada di dalam pompa harus dibuang dan kemudian pompa dikeringkan. 2. Permukaan – permukaan yang difinis pada bantalan, poros, penekan paking, dan kopling, harus dilumuri minyak atau zat pencegah karat untuk menahan korosi. G. Pengelolaan 1. Kartu kendali Bila operasi normal pompa sudah dimulai, perlu disediakan kartu pemeriksaan untuk setiap pompa. Pemeriksaan ini dilakukan secara periodic sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kartu ini. Setiap kartu kendali harus berisi catatan mengenai sfesifikasi pompa, nama pabrik, hasil pemeriksaan pada masa uji coba, serta pemeriksaan periodic yang dilakukan selanjutnya. Table 1. Kartu Kendali Pompa Motor Jenis/Type Jenis/Type Tgl. Pembuatan Diameter Keluar Daya No. Pabrik Jumlah Tingkat Tegangan (V) pabrik Kapasitas Arus (A) Head Total Putaran Putaran Jumlah Kutub Tgl. Pembuatan Frekuensi (Hz) Nomor Pabrik Rating Pabrik Kelas Isolasi (Halaman belakang) Tanggal Uraian Jumlah Dikerjakan oleh 2. Pemeriksaan Harian 1) Temperatur permukaan rumah bantalan dan rumah pompa 2) Tekanan isap dan tekanan keluar 3) Kebocoran dari kotak paking 4) Arus listrik 5) Jumlah minyak pelumas didalam rumah bantalan dan perputaran cincin mimyak 3. Pemeriksaan Bulanan Setiap bulan tahanan isolasi pada motor pompa benam harus diperiksa, besarnya tahanan tidak boleh kurang dari 1 MΩ 4. Pemeriksaan Tiga Bulana Setiap tiga bulan diadakan pemeriksaan/penggantian berikut : 1) Penggantian minyak didalam rumah bantalan 2) Pemeriksaan gemuk : gemuk harus diganti jika memburuk 5. Pemeriksaan Enam Bulanan Setiap enam bulan diadakan pemeriksaan berikut : 1) Pemeriksaan paking tekan dan selubung poros 2) Keadaan kopling kaku antara poros pompa dan poros motor 6. Pemeriksaan Lima Tahunan Hal – hal yang perlu diperiksa disini adalah : 1) Keausan pada bagian – bagian yang berputar, terutama besarnya celah pada cincin perapat (wearing ring) 2) Korosi di dalam pompa 3) Keadaan katup – katup dengan bagian yang bergerak seperti katup cegah dan katup cegah 4) Kelurusan poros 5) Tahana isolasi motor benam 7. Log Operasi Tabel 2. Log Operasi Pompa Hal Tgl. Temperatur Ruangan (ºC) Tekanan Isap (vakum) (m) Tekanan Keluar (m) Arus (A) Tegangan (V) Getaran/Suara Temperatur Bantalan Paking Tekan Ket. 22/08/11 25 3.5 30.5 21 220 Nirmal 30 Tetesan Air Perapat Awal Operasi 23/08/11 27 3.5 30.5 21 220 Normal Normall Tetesan Air Perapat 24/08/11 26 3.5 30.5 21 220 Normal Normal Tetesan Air Perapat dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… dst… 8. Penyediaan Suku Cadang Macam dan jumlah suku cadangyang diperlukan untuk pemeliharaan tergantung pada jenis pompa, jenis zat cair yang dipompa, keadaan operasi, dan derajat kepentingan pompa. Namun pada umumnya suku cadang yang perlu disediakan yaitu sebagai berikut : 1) Bagian yang perlu diganti pada setiap overhaul (1) Paking tekan (2) Paking karet bulat dan paking karet gasket (3) Minyak pelumas 2) Bagian yang harus segera diganti setiap ada kebocoran Perapat mekanis yang bocor harus segera diganti. Karena itu, perapat mekanis harus selalu tersedia sebagai suku cadang lengkap dengan gasket 3) Bagian – bagian yang harus diganti karena aus (1) Selubung poros (2) Cincin perapat dan bus (3) Cakram pengimbang dan dudukan (4) Impeller dan pasak (5) poros 4) Bagian – bagian yang harus diganti jika terjadi bunyi dan getaran yang tidak normal (1) Bantalan bola dan bantalan rol serta bus bantalan (2) Kopling flens luwes. Jika bus karet sudah aus sehingga celah menjadi sangat besar, atau jika baut bengkok, maka bus karet dan baut harus diganti. H. Overhaul Tata cara pembongkaran dan perakitan kembali pompa tidak sama antara yang satu dengan yang lain karena tergantung pada jenis dan konstruksinya. Namun pekerjaan dasar pada pembongkaran dan perakitan kembali berbagai pompa mempunyai kesamaan tertentu. 1. Pompa Sentripugal Isapan Ujung Pekerjaan pemeriksaan menyeluruh untuk pompa jenis ini dapat dilakukan seperti urutan berikut : 1) Persiapan Pembongkaran (1) Tutup katup – katup (2) Keluarkan air dari pompa (3) Lepaskan motor, dengan terlebih dahulu melepas pelindung kopling. Tarik mundur motor dan tinggalkan baut kopling ditempatnya. Lepaskan baut kopling dengan menariknya. 2) Pembongkaran Pompa (1) Melepas penyangga 6 dan tutup rumah 9 dari rumah 11 (2) Melepas Impeller (3) Melepas Selubung Poros (4) Melepas Kopling 1 (5) Melepas bantalan bola 4 3) Perakitan (1) Memasang selubung poros 20 (2) Memasang bantalan bola 4 (3) Memasang Impeller 12 (4) Memasang cincin perapat (5) Memasang penyangga pada rumah (6) Memasang penopang 17 (7) Memasang paking tekan dan penekan paking (8) Memasang kopling 1 (9) Meluruskan poros dan pipa 2. Pompa Sentripugal Bertingkat Banyak Pembongkaran dan perakitan kenbali pompa sentripugal bertingkat banyak pada dasarnya sama seperti pada pompa sentrifugal isapan ujung. Karena itu urutan pembongkaran dan perakitannya akan diuraikan disini : 1) Persiapan pembongkaran (1) Tutup rapat katup sorong (2) Keluarkan air dari pompa (3) Ukur keausan pada cakram pengimbang ( untuk pompa dengan cakram pengimbang ) (4) Berikan tanda pada posisi mur 17 pengencang selubung poros. (5) Lepas motor (6) Lepas pompa dari pipa keluar (7) Lepas pipa – pipa pembantu seperti pipa pengimbang dan pipa perapat. 2) Pembongkaran pipa (1) Melepas rumah bantalan pada ujung pompa (2) Melepas mur selubung 17 (3) Melepas selubung poros 16 (4) Melepas cakram pengimbang 33 (5) Melepas baut pengikat (6) Membongkar rumah sisi keluar 14 (7) Melepas sudu antar 27 (8) Melepas impeller 26 (9) Mengeluarkan pasak (10) Membongkar rumah tingkat 26 3) Mengeluarkan dan memasang bagian – bagian yang dipasang sesak. (1) Bus bantalan (2) Cincin lentera 8 (3) Bus pengimbang dan baut antar tingkat. (4) Cincin perapat 25 (5) Dudukan pengimbang 21 4) Merakit pompa (1) Rumah bantalan (2) Selubung 9 dan pasak poros (3) Memasang poros 4 pada rumah isap 24 dan rumah bantalan 23 (4) Impeller (5) Sudu antar (6) Rumah tingkat (7) Rumah ujung keluar 14 (8) Baut pengilat (9) Cakram pengimbang 23 dan selubung poros 9 (10) Tutup kamar pengimbang dan rumah bantalan (11) Pipa pengimbang dan pipa perapat. (12) Paking tekan dan penekan paking (13) Pelurusan dan pemasangan pipa.
Baca Selengkapnya...

Rabu, 20 Juli 2011

PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN

PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kurikulum dan pembelajaran semester 3 ( ganjil )

Disusun oleh:
Kelompok 3
M Mirdan M ( 0900563 )
Z M Fratandha ( 0902012 )
ARIS YULIANTO ( 0905552 )

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
NOVEMBER, 2010
BANDUNG
2011


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini sistem pembelajaran di Indonesia sudah mengalami banyak perubahan sesuai perkembangan zaman dan teknologi, namun perubahan itu terasa belum efektif dalam penerapannya. Hal ini mengakibatkan banyak problem-problem pembelajaran yang harus dibenahi seperti keaktifan siswa dalam kegiatan belajar dan gaya mengajar guru dalam kegiatan belajar.


Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru. 


Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.

Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.

Oleh karena itu, prinsip-prinsip pembelajaran sangat penting dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik khususnya di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, muncul beberapa masalah dalam prinsip pembelajaran di SMK yaitu :
- Apakah prinsip pembelajaran di SMK sudah dapat diterapkan dengan baik.
- Adakah upaya pemerintah untuk memperbaiki prinsip pembelajaran saat ini.
- Bagaimana cara pemerintah untuk memperbaiki prinsip pembelajaran di Indonesia khususnya SMK.

1.3 Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data, dengan sumber :
- Buku,
- Website atau internet.


BAB II
ISI
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran, terutama dalam tahap perencanaan, prinsip-prinsip pembelajaran didapat batas-batas yang memungkinkan bagi guru dalam proses pelaksanaannya. Pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam memilih tindakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran, guru memiliki sikap dan mampu mengembangkannya dalam rangka peningkatan kualitas belajar siswa.

Ada beberapa prinsip yang harus dikuasai dan dikembangkan oleh guru dalam upaya mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, yaitu:

1. PRINSIP PERHATIAN DAN MOTIVASI
Perhatian berfungsi sebagai modal dasar yang harus dikembangkan secara optimal untuk memperoleh proses dan hasil yang maksimal. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang menggerakan tingkah laku seseoarng untuk beraktivitas Minat dan perhatian setiap orang tidak selamanya stabil intensitasnya bisa tinggi atau bisa juga turun, tergantung pada berbagai unsur yang mempengaruhinya, begitu pula dengan motivasi selain aspek yang bersifat internal, motivasi juga bisa dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dari luar dirinya.

Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Motivasi berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat yang lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih mata pelajaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam belajar. Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

2. PRINSIP KEAKTIFAN
Belajar dalam hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang dalam melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah sutau perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Dengan demikian karena belajar merupakan kegaiatan aktif yang terefleksikan dari berbagai unsur maka sebenarnya tidak satupun kegiatan belajar yang tidak mengandung aktifitas, sekecil apapun aktivitas itu.

3. PRINSIP KETERLIBATAN LANGSUNG/BERPENGALAMAN
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu) terjun mengalami. Lebih jauh dari itu apa yang dipelajari harus memiliki manfaat yang lebih mendalam dan luas bagi proses kehidupan, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Pendekatan belajar yang mempu melibatkan siswa secara langsung aktif melakukan perbuatan belajar, hasilnya akan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekedar menuangkan pengetahuan-pengetahuan informasi.

4.PRINSIP PENGULANGAN
Teori yang dijadikan sebagai petunjuk pentingannya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L. Thorndike (1974-1949) tentang Law of Learning, yaitu “ Law of effect, Law of exercise, and Law of rediness”.
Mencakup dalil belajar :
- Law of effect : Hasil yang menyenangkan yang diperoleh dari suatu respon akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon, sedangkan hasil yang tidak menyenangkan akan melemahkan hubungan tersebut.
- Law of excercise : Latihan akan menyempurnakan respon berdasarkan pengalaman mengindikasikan bahwa prilaku seseorang dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu prilaku terhadap sesuatu.

5. PRINSIP TANTANGAN
Siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis, dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dihadapkan kepada sejumlah hambatan dan tantangan. Agar dalam diri siswa timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan ajar itu perlu dikemas menjadi sesuatu yang menantang siswa. Dengan kata lain pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep.

Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinnya. Dengan kata lain pembelajaran memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip generalisasi tersebut.

6. PRINSIP BALIKAN DAN PENGUATAN
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

7. PRINSIP PEMBEDAAN INDIVIDUAL
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa hatus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.

Ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran yang lain diantaranya :
- Prinsip Kesiapan - Prinsip Belajar Kognitif
- Prinsip Persepsi - Prinsip Belajar Afektif
- Prinsip Tujuan - Prinsip Belajar Psikomotor
- Prinsip Transfer dan Retensi - Prinsip Evaluasi
- Prinsip kesiapan (readiness)

Menurut prinsip ini bahwa proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan siswa. Adapun yang dimasksud dengan kesiapanatau readiness adalah kondisi individu yang memungkinkan siswa belajar. Kesiapan dengan kata lain merupakan kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi, latar belakang, pengalaman, hasil belajar yang lalu.

- Prinsip persepsi
Berdasarkan pandangan ini, bahwa seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi hidup. Persepsi mempengaruhi perilaku setiap individu, dan guru akan dapat memahami siswanya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat situasi-situasi tertentu.

- Prinsip tujuan
Implikasi bagi guru berkenan dengan prinsip tujuan itu, bahwa untuk membantu siswa berhasil dalam pembelajaran yang dilakukannya maka hendaknya tujuan dirumuskan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan siswa. Apabila siswa melihat adanya kesesuaian antara minat dan kebutuhannya dengan tujuan yang dirumuskan, maka motivasi belajar siswa akan tumbuh dan meningkat.

- Prinsip transfer dan retensi
Berdasarkan prinsip ini, dalam proses belajar seseorang dituntut untuk menyerap dan menyimpan hasil belajar (retensi) serta menggunakannya dalam situasi baru (transfer). Implikasi terhadap tugas guru dalam membimbing proses pembelajaran berkenaan dengan prinsip ini hendaknya setiap usaha pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan kemampuannya dalam memecahkan masalah sehari-hari, menunjukkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep lain bahkan dengan mata pelajaran atau bidang study lain sehingga siswa melihat adanya hubungan yang erat dan memiliki arti bagi siswa.

- Prinsip belajar kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampilan memecahakan masalah yang selanjutnya memasuki prilaku baru. Berpikir, menalar, menilai, dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif.

-Prinsip belajar afektif
Proses belajar afektif sesorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif yang mencakup nilai, emosi dorongan, minat, dan sikap. Hampir dalam setiap situasikehidupan dan menuntut aspek afektif oleh karena itu berkenaan dengan aspek afektifini guru hendaknya melaksanakan proses pembelajaran yang mengutamakan terbentuknya kemampuan afektif siswa.

-Prinsip belajar psikomotor
Untuk mengembangkan aspek psikomotor siswa antara lain guru dapat memberikan petunjuk secara verbal tentang langkah-langkah yang harus ditempuh siswa untuk menguasai suatu keterampilan.

-Prinsip evaluasi
Jenis, cakupan, dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar yang tengah berlangsung dan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Dengan prinsip evaluasi, bahwa kegiatan evaluasi hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh, tidak hanya memfokuskan pada hasil belajar, akan tetapi juga mencakup proses belajar.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran merupakan salah satu landasan dalam kegiatan belajar mengajar yang harus diperhatikan untuk mencapai proses dan hasil belajar yang maksimal. Hal yang perlu diperhatikan agar terjadi kegiatan belajar pada siswa, maka siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar, membiasakan murid untuk berdialog, menanyakan sesuatu yang belum dipahami hingga siswa tersebut mendapatkan pemahaman. Selain itu pelaksanaan pembelajaran juga ditunjang oleh keahlian pendidik dalam mengatur suasana kelas.

Jadi, pemerintah harus memperhatikan dalam memilih prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah khususnya di SMK. Apakah prinsip-psinsip tersebut dapat diterapkan di dunia SMK ataukah tidak sehingga dapat tercipta kegiatan belajar yang baik dan efisien.


TINJAUAN PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/40167691/Bahan-Ajar-Kurikulum-Dan-Pembelajaran.
Baca Selengkapnya...

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.
Dosen Pembimbing Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M. Pd.
oleh
Saim Hidayat
0900661

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir – akhir ini kita sering melihat pristiwa – peristiwa yang menyedihkan akibat terkikisnya rasa humanisme. Diantara kita sangat mudah terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan baik yang dilakukan oleh secara perorangan maupun secara berkelompok bahkan secara masif. Sebut saja misalnya penyerangan salah satu kelompok keagamaan terhadap kelompok yang lain, tawuran antar mahasiswa, dan kekerasan di kampus IPDN yang masih terbayang di mata kita.Selain senang menggunakan kekerasan, saat ini kita juga sudah terbiasa menyaksikan peristiwa acuh tak acuh dan tidak peduli terhadap orang lain.


Tindakan kekerasan dan tradisi tidak mempedulikan orang lain merupakan cermin dari sikap arogansi, merasa paling benar, dan ketidakmampuan kita mensinergikan berbagai perbedaan yang ada disekitar kita. Ketidakmampuan tersebut, salah satunya, disebabkan oleh model pendidikan kita yang kurang memberikan ruang bagai anak didik untuk saling menghargai dan saling bekerjasama. Sekolah sebagai salah satu bagian dari pendidikan dengan tenpa sadar telah dirancang sebagai lapangan pacuan kuda. Di sana anak didik dipacu untuk mengetahui lebih banyak. Meraka tidak dirangsang untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, melainkan untuk mengalahkan orang lain. Kemajuan belajar diukur dengan capaian angka – angka, bukan dengan perubahan – perubahan mendasar pada cara berpikir, struktur emosi, dan pola sikap (Mata, 2005).

Situasi sekolah seperti di atas, akhirnya memicu kompetisi danpersaingan di dalam kelas. Secara positif, model kompetisi bisa menimbulkan rasa cemas yang justru bisa memacu siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar mereka. Namun sebaliknya, model kompetisi juga mempunyai dampak – dampak negatif yang perlu diwaspadai. Model pembelajaran kompetisi menciptakan suasana permusuhan di kelas. Untuk bisa berhasil dalam sistem ini, seorang anak harus mengalahkan teman – teman sekelasnya. Sikap "agar aku bisa menang, orang lain harus kalah," erat hubungannya dengan prinsip "tujuan menghalalkan segala cara". Seseorang yang begitu berambisius untuk menang, tetapi merasa tidak bisa mengalahkan pesaingnya bisa tergoda untuk menjatuhkan pesaingnya dengan cara apa pun. Terlalu banyak contoh dalam kehidupan sehari – hari yang mencerminkan cara – cara keji dan licik dalam memenangkan persaingan (Lie, 2004).

Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya model pendidikan alternatif yang berdasarkan kepada kebersamaan yang disebut dengan pendidikan kooperatif (cooperative learning). Falsafah yang mendasari model pendidikan ini adalah falsafah Homo Homini Socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa kerja sama, kehidupan ini sudah punah.

1.2 Rumusa Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pembelajaran kooperatif ?
2. Apa Tujuan pembelajaran kooperatif ?
3. Elemen – elemen apa saja yang ada di dalam pembelajaran kooperatif ?
4. Seperti apa Evaluasi yang diterapkan ?
5. Bagaimana pendekatan dalam pembelajaran kooperatif ?

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan yang penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Memaparkan bagaimana pengertian pembelajaran kooperatif.
2. menerangkan tujuan pembelajaran kooperatif.
3. Menerangkan elemen – elemen yang ada di dalam pembelajaran kooperatif.
4. Gambaran seperti apa evaluasi yang diterapkan dalam pembelajaran kooperatif.
5. Menjelaskan pendekatan dalam pembelajaran kooperatif.

1.4 Manfaat Makalah
Manfaat makalah ini bagi penyusun sendiri maupun bagi para pembaca, yaitu dapat menambah pengetahuan lebih luas lagi tentang pembelajaran kooperatif.


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Jacobsen, David A; Eggen, Paul; Kauchak, Donald. (2009) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Unsur – unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994):
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama.
2) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa ataupeserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawabterhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson, et al. (1995), Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok – kelompok kecil yangs aling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yangterdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latarbelakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan – keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

2.2 Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif (Eggen, Paul; Kauchak, Donald. 2010). Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning (Gunter, Mary A; Estes, Thomas H. Mintz, Susan L. 2007). Dalam pelaksanaannya, metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat – manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain:
1) Mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru.
2) Kemampuan untuk berfikir
3) Mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain
4) Mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya.
5) Membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah juga menerima perbedaan itu. (Yamin, Martinis; Ansari, Bansu. 2008).

Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat (Lie, Anita. 2002).
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak - tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

2.2.1 Hasil Belajar Akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan denganhasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas – tugas akademik.

2.2.2 Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang - orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas – tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

2.2.3 Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan – keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

2.3 Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu mencerminkan pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan secara bersama dalam waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama antar anggota kelompok. Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Jonson and Smith, 1991; Anita Lie, 2004):

2.3.1 Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama iniberlanjut terus sampai dengan mereka yang di bagian percetakan danloper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya satutujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainyasurat kabar tersebut di tangan pembaca.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompokharus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapaitujuan mereka. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dankeempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan.Keempat anggota ini lalu berkumpul don bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruhbagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasabertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisaberhasil.

Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswamendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentukdari "sumbangan" setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiapanggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya,nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia mendapat 72, dia akanmenyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengandemikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untukmemberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu beberapa siswayang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekanmereka karena mereka juga memberikan sumbangan.

2.3.2 Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama.Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur modelpembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasabertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilanmetode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunantugasnya. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakantanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompokbisa dilaksanakan. Dalam teknik J igsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan carademikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas clan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akanmenuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yanglainnya.

2.3.3 Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemumuka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan parapembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semuaanggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripadahasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja samaini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.

Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, meman-faatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiapanggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga,don sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya.Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses salingmemperkaya antaranggota kelompok. Sinergi tidak didapatkan begitusaja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang cukupponjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk salingmengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap mukadon interaksi pribadi.

2.3.4 Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekalidengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskansiswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-caraberkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkandon berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung padakesediaon para anggotanya untuk saling mendengarkan donkemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggungperasaan orang tersebut. Masih banyak orang yang kurang sensitif dankurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka. Tidak adasalahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus. Sebagai contoh, ungkapan "Pendapat Anda itu agak berbeda dan unik. Tolong jelaskan lagi alasan Anda," akan lebih bijaksana daripada mengatakan, "Pendapat Anda itu aneh dan tidak masuk akal." Contoh lain, tanggapan "Hm... menarik sekali kamu bisa memberi jawaban itu. Tapi jawabanku agak berbeda...." akan lebih menghargai orang lain daripada vonis seperti, "Jawabanmu itu salah. Harusnya begini." Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajaran tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar serta membina perkembangan mental emosional para siswa.

2.4 Evaluasi
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.

2.5 Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah,terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001), yaitu:

2.5.1 Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu.

Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim - tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis - kuis itu. Kadang - kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

2.5.2 Investigasi Kelompok
Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih terpusat pada guru.

Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok - kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

2.5.3 Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan - kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual.

Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehanisi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think – pair – share dan numbered – head – together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedangkan active listening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial.

2.5.4 Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan teman – teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman – teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempatpendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebutsebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 2 – 1.

Tabel 2–1. Perbandingan empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
STAD Jigsaw Penyelidikan Kelompok Pendekatan Struktur
Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keteramplan inkuiri Informasi akademik sederhana
Tujuan Sosial Kerja kelompok dan kerjasama Kerja kelompok dan kerjasama Kerja dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial
Struktur Tim Kelompok belajar heterogen dengan kelompok belajar 4 – 5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan kelompok belajar 5 – 6 orang anggota, menggunakan pola “kelompok asal” dan “kelompok ahli.” kelompok belajar denga 5 – 6 orang anggota homogen Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok 4 – 6 orang anggota
Pemilihan Topik Pelajaran Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru Biasanya guru
Tugas Utama Siswa dapat meggunaan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menunantaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam “kelompok ahli” kemudian membantu anggota “kelompok asal” untuk mempelajari materi itu Siswa menyelesaikan proses inkuiri yang kompleks Siswa mengerjakan tugas – tugas social dan kognitif
Penilaian Test mingguan Bervariasi, dapat berupa test minguan Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan test uraian Bervariasi
Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain Publikasi lain Lembar pengukuran dan publikasi lain Bervariasi
(sumber: Arends, 2001)


BAB 3
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan:
1. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
2. Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat – manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas
3. Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
4. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001), yaitu:
1) Student Teams Achievement Division (STAD)
2) Investigasi Kelompok
3) Pendekatan Struktural
4) Jigsaw

5.2 Saran
Dengan mode pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) diharapkan dapat mengembalikan rasa humanis diantara kita. Harapan ini bukanlah hal yang berlebihan karena dengan model pembelajaran ini kita terlatih dan terbiasa untuk tidak sekedar bekerja bersama – sama namun benar – benar bekerjasama dan masing – masing dari kita memberikan kontribusi demi keberhasilan bersama. Selain itu kita juga dibiasakan untuk saling menghargai dan tidak merasa benar sendiri. Jika model
pembelajaran seperti ini dilakukan disemua sekolah mulai dari jenjang pendidikan paling dasar sampai dengan jenjang tertinggi, penyusun yakin kita akan kemabali menjadi manusia yang humanis, bukan manusia yang arogan dan mudah menyalahkan orang lain. Jika kebersamaan sudah menjadi kultur kita, maka persoalan apapun dan sebesar apapun pasti akan dapat diselesaikan dengan mudah. Akhirnya, dengan kebersamaan akan menjadikan hidup ini semakin indah dan bermakna.


DAFTAR PUSTAKA

……… “Cooperative Learning; Pendidikan Berbasis Kebersamaan”. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif. [21 Desember 2010].

……… “Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_kooperatif. [22 Desember 2010].

……… “Pengertian Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning”. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_kooperatif#rujukan. [22 Desember 2010].
Baca Selengkapnya...

PEMANFAATAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGERAK MOTOR LISTRIK PADA MESIN PENGGILING PADI

PEMANFAATAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGERAK MOTOR LISTRIK PADA MESIN PENGGILING PADI
Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Konversi Energi, dengan Dosen Pembimbing Drs. Dedi Supriawan, ST. M. Pd.

Disusun oleh:
Kelompok I
Saim Hidayat (0900661)
Setiawan Hidayat (0905631)
Ardiyansyah Eky (0907309)
Firmansyah Sulistiyono (0907453)


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang pertanian terutama pada teknologi pengolah hasil pertanian khususnya padi, membuat produktivitas padi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Maka diperlukan pula proses penggilingan padi yang banyak pula guna mencukupi kebutuhan tersebut.
Saat ini, mesin penggiling padi banyak yang beroperasi menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar sebagai motor penggeraknya. Semakin banyak produktivitas padi, maka semakin banyak pula pengoperasian mesin penggiling padi. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak bumi sebagai energi penggeraknya.



Kebutuhan akan minyak bumi yang terus meningkat, berbanding terbalik dengan cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Hal tersebut memaksa manusia untuk mencari sumber – sumber energi alternatif guna memenuhi kebutuhannya akan energi. 
Seiring dengan perkembangan dibidang Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK), ditemukanlah sebuah alat yang dapat memanfaatkan energi matahari yang dapat dirubah menjadi energi listrik yang disebut dengan Solar Cell atau Sel Surya. Namun di Indonesia sebagai negara tropis yang selalu disinari cahaya matahari sepanjang tahun, belum dapat memanfaatkan sepenuhnya energi alternatif tersebut. Ketergantungan akan minyak bumi, membuat pengembangan energi alternatif tersebut mengalami kendala terutama didaerah – daerah pertanian yang menggunakan mesin diesel sebagai motor penggerak mesin penggiling padinya.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini meliputi:
 Apa itu solar cell ? 
 Bagaimana prinsip kerja dari solar cell ?
 Seberapa efektif pemanfaatan solar cell pada mesin penggiling padi ?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, diantaranya:
 Mengetahui pengertian dan prinsip kerja solar cell secara umum.
 Mengetahui keefektifan solar sell pada mesin penggiling padi.


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Solar Cell (Sel Surya) 
Solar cell terbuat dari potongan silikon yang sangat kecil dengan dilapisi bahan kimia khusus untuk membentuk dasar dari solar cell. Solar cell pada umumnya memiliki ketebalan minimum 0,3 mm yang terbuat dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub positif dan negatif. Solar cell merupakan elemen aktif (Semikonduktor) yang memanfaatkan efek fotovoltaik untuk merubah energi surya menjadi energi listrik.
Pada solar cell terdapat sambungan (junction) antara dua lapis tipis yang terbuat dari bahan semikonduktor yang masing – masing diketahui sebagai semikonduktor jenis P (positif) dan semikonduktor jenis N (negatif).
Semikonduktor jenis – P dibuat dari kristal silikon yang didalamnya terdapat sejumlah material lain (umumnya boron) yang mana menyebabkan material tersebut kekurangan satu elektron bebas yang disebut lubang (hole).
Semikonduktor jenis – N juga terbuat dari kristaal silikon yang didalamnya terdapat sejumlah material lain (umumnya posfor) dalam batasan bahwa material tersebut dapat memberikan suatu kelebihan elektron bebas. Elektron adalah partikel sub atom yang bermuatan negatif, sehingga silikon paduan dalam hal ini disebut sebagai semikonduktor jenis N (negatif).

2.2 Prinsip Kerja Solar Cell
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor jenis - P dan semikonduktor jenis - N (P – N junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran elektron, aliran elektron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik. Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber (penyerap).

Struktur solar cell seperti ditunjukkan dalam gambar 1.

Gambar 1. Struktur lapisan tipis solar sel secara umum
Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan begitu saja (gambar 2), dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik.
Untuk membebaskan elektron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc/v) harus sedikit lebih besar atau diatas dari pada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar sel. Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor yang dipergunakan.


Gambar 2. Radiative transition of solar cell
Pada dasarnya solar cell merupakan sebuah foto dioda yang besar dan dirancang dengan mengacu pada gejala photovoltaic sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan daya yang sebesar mungkin. Silikon jenis P merupakan lapisan permukaan yang dibuat sangat tipis supaya cahaya matahari dapat menembus langsung mencapai junction. Bagian P ini diberi lapisan nikel yang berbentuk cincin, sebagai terminal keluaran positip. Di bawah bagian P terdapat bagian jenis N yang dilapisi dengan nikel juga sebagai terminal keluaran negatip. 
Untuk mendapatkan daya yang cukup besar diperlukan banyak sel surya. Biasanya sel-sel surya itu sudah disusun sehingga berbentuk panel, dan dinamakan panel photovoltaic (PV). Agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan remombinasi serta memperbesar konduktivitas dari bahannya.
Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya, maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi sangat bermacam-macam tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti adalah CuInSe2 yang dikenal merupakan salah satu dari direct semiconductor.

2.3. Penyimpanan Arus Listrik
Setelah mendapatkan output dari solar cell yang berupa arus listrik dapat langsung digunakan untuk beban yang dimanfaatkan. Tetapi juga arus listrik tersebut dapat digunakan sebagai pengisian dengan cara disimpan ke dalam baterai agar dapat dipergunakan pada saat yang diperlukan khususnya pada malam hari karena tidak adanya sinar matahari. 
Apabila solar cell tersebut digunakan untuk penyimpanan ke baterai, maka besarnya tegangan yang dihasilkan harus diatas spesifikasi baterai tersebut. Misalnya baterai yang digunakan adalah 12 Volt, maka tegangan yang dihasilkan solar cell harus diatas 12 Volt untuk dapat melakukan pengisian.

Sebaiknya sebelum melaksanakan pengisian sebaiknya baterai dalam keadaan kosong karena arus yang masuk akan dapat terisi dengan maksimal. Satuan kapasitas suatu baterai adalah Ampere jam ( Ah ) dan biasanya karakteristik ini terdapat pada label suatu baterai. Misalnya suatu baterai dengan kapasitas 10 Ah akan terisi penuh selama 10 jam dengan arus output solar cell sebesar 1 Ampere.

2.4 Daya Dan Efisiensi
Sebelum mengetahui daya sesaat yang dihasilkan kita harus mengetahui energi yang diterima, dimana energi tersebut adalah perkalian intensitas radiasi yang diterima dengan luasan dengan persamaan :
E = Ir x A 
dimana : 
Ir = Intensitas radiasi matahari ( W/m2)
A = Luas permukaan (m2)
Sedangkan untuk besarnya daya sesaat yaitu perkalian tegangan dan arus yang dihasilkan oleh sel fotovoltaik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
P = V x I
dimana :
P = Daya (Watt),
V = Beda potensial (Volt)
I = Arus (Ampere)
Radiasi surya yang mengenai sel fotovoltaik dengan menggunakan alat pyranometer adalah dalam satuan mV sehingga harus dikonversikan menjadi W/m2 , persamaan yang digunakan adalah :

Ir (mV)
Ir = _______ x 1000 (W/m2) 
21,13 


Efisiensi yang terjadi pada sel surya adalah merupakan perbandingan daya yang dapat dibangkitkan oleh sel surya dengan energi input yang diperoleh dari sinar matahari. Efisiensi yang digunakan adalah efisiensi sesaat pada pengambilan data. 
Output
η = _______ x 100 % 
Input 
Sehingga efisiensi yang dihasilkan :
P
ηsesaat = _______ x 100 % 
Ir x A 

dimana:
ηsesaat = Efisiensi (%) 
Ir = Intensitas radiasi matahari (Watt/m2)
P = Daya listrik (Watt) 
A = Luasan sel surya (m2)

Apabila pengguna menginginkan tegangan maupun arus yang lebih besar, maka panel solar cell dapat dirangkai secara seri atau paralel maupun kombinasi keduanya. Bila panel dirangkai seri maka tegangan yang naik tetapi bila dirangkai paralel maka arus yang naik.

2.5 Spesifikasi Mesin yang Digunakan
2.5.1 Spesifikasi Mesin Penggiling Padi
Mesin yang akan digunakan adalah mesin jenis Rice Huller HC6BV dengan spesifikasi sebagai berikut: 

Tabel spesifikasi Mesin Rice Huller HC6BV
MODEL HC 6 BV
Ukuran Rol Karet ( mm ) 152,4 x 222,25
( 6 " x 8 ¾ " )
Tenaga ( HP ) 6
Dimensi Pulli Utama ( mm ) 140 x 95
Kapasitas ( kg / jam ) 1500
Putaran ( rpm ) 1050
Tinggi Total ( mm ) 1570
Dimensi Bodi ( mm ) 735 x 600

Berat ( kg ) 180


2.5.2 Spesifikasi Motor Listrik
Karena mesin yang digunakan memiliki daya 6 HP (6000 Watt), maka motor listrik yang digunakan juga harus memiliki daya minimal 6 HP. Analisis yang digunakan adalah dengan Mesin yang memiliki daya 220 V/6000 Watt.
Untuk menjalankan motor listrik tersebut, dibutuhkan energi listrik yang dihasilkan dari Solar Cell yang disimpan kedalam baterai (accu). Sedangkan baterai (accu) yang ada hanya memiliki tegangan sebesar 12 V. Karena tegangan yang dihasilkan accu tidak memenuhi tegangan yang dibutuhkan oleh motor listrik, maka dibutuhkan suatu alat yang dinamakan Inverter yang berfungsi untuk merubah tengangan pada accu sebesar 12 V menjadi 220 V sekaligus merubah arah arus dari DC menjadi AC.

Gambar 4. Inverter Gambar 5. Motor Listrik

2.6 Analisa Perhitungan Daya
Dalam pengoperasian mesin selama satu hari ±8 jam dibutuhkan daya listrik sebesar 6000 watt x 8 jam = 48000 watt/hari (48 kW/hari). Untuk menghasilkan daya tersebut, dilakukan analisa perhitungan sebagai berikut. Solar cell yang kita gunakan memiliki daya sebesar 210 WP. Dalam satu hari solar cell dapat menyerap energi matahari secara efektif selama ±6 jam sehingga jumlah panel solar cell yang dibutuhkan untuk memenuhi daya diatas adalah 48000 Watt/(210 WP x 6 jam) = 39 panel solar cell.

2.7 Prosedur Kerja Mesin
Cahaya matahari diserap oleh panel surya. Didalam panel surya terjadi reaksi kimia yang merubah energi matahari menjadi energi listrik. Kemudian energi listrik tersebut disimpan kedalam accu yang selanjutnya dihubungkan ke sebuah Inverter. Dari inverter arus diubah dari DC menjadi AC serta menaikkan tegangan dari 12 Volt menjadi 220 Volt. Selanjutnya dari inverter arus dialirkan ke motor listrik yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik. Selanjutnya motor listrik dihubungkan ke mesin penggiling padi menggunakan puli yang dihubungkan dengan fanbelt. Sehingga mesin penggiling padi bekerja.






Gambar 6. Skema Rangkaian Mesin Penggiling Padi


BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian diatas, diperoleh kesimpulan bahwa:
 Solar cell merupakan salah satu solusi alternatif yang memanfaatkan energi matahari menjadi energi listrik.
 Energi listrik yang dihasilkan solar cell bervariasi berdasarkan jumlah kebutuhan listrik dan jumlah panel surya yang digunakan.
 Secara analisis, energi listrik yang dihasilkan oleh solar cell mampu memenuhi kebutuhan listrik mesin penggilina padi tiap harinya 
 Selain digunakan sebagai penggerak mesin penggiling padi, energi listrik pada solar cell juga dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga ketika mesin penggiling padi tidak beroperasi.
 Dari reaksi solar cell tidak dihasilkan gas buang atau karbon dioksida sebagai hasil dari kerja mesin.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas, sebaikknya kita mulai menggunakan teknologi – teknologi yang memanfaatkan energi alternatif sebagai salah satu antisipasi semakin berkurangnya cadangan energi fosil. Seperti halnya solar cell yang memenfaatkan energi surya menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan listrik mesin penggiling padi dan kebutuhan listrik rumah tangga serta ramah lingkungan dengan tidak dihasilkannya gas karbon dioksida sebagai hasil dari reaksinya.


DAFTAR PUSTAKA
…………, (2009). “Pengnganan Padi Pasca Panen”. [Online]. Tersedia : http://catetankuliah.blogspot.com.200911pengnganan-padi-pasca-panen.html. [12 November 2010].

…………, (2009). “Instalasi Implementasi Solar Cell Panel”. [Online]. Tersedia: http://solarcellpanel.com. [12 November 2010].

…………, . “Power Bright PW6000 – 12 12V DC to 120V AC Power Inverter (6000 Watt Capacity)”. [Online]. Tersedia: http://www.adaptelec.com.powerebright-pw600012-12v-dc-to-120v-ac-power-inverter-6000-watt-capacity-p-73.html. [30 November 2010].

…………, . “Mesin Pengupas Gabah Menjadi Beras Putih (Penggiling Padi dan Pemutih Beras)”. [Online]. Tersedia: http://www.tokomesin.com. [28 Oktober 2010].
Baca Selengkapnya...

LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN MASALAH VERBAL/SOAL CERITA PADA MATERI ALJABAR

TUGAS
KUMPULAN SOAL UN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri
Mata Kuliah Pembelajaran Matematika SMA

Oleh:
SRI WAHYUNI
III/B
1209205082

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan usia siswa dari usia Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) mempengaruhi perkembangan kognitif siswa yakni dari number sense ke symbolic sense. Di SD, bilangan disimbolkan dengan angka, dan sejak di SMP, bilangan disimbolkan dengan angka, huruf, atau simbol lainnya. Kadang hal ini menyebabkan kesulitan bagi beberapa siswa. Perubahan ini juga dirasakan oleh beberapa guru matematika di lapangan ketika menyampaikan materi pembelajaran Matematika terkait dengan pembelajaran materi aljabar.

Sementara itu, merujuk pada salah satu tujuan pembelajaran matematika di SMP dalam rangka mewujudkan hasil belajar berupa kecakapan matematika salah satu diantaranya adalah: memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (Permendiknas No. 22 th 2006 tentang Standar Isi).
Kompetensi siswa dalam memahami, kemudian menyusun bentuk aljabar dan selanjutnya merelasikan bentuk aljabar yang tersusun menjadi kalimat atau model matematika, merupakan prasyarat siswa untuk mampu atau kompeten dalam menyelesaikan masalah verbal baik yang menyangkut persamaan, pertidaksamaan, fungsi, maupun pengembangannya. Kemampuan dasar ini perlu mendapatkan perhatian atau penanganan sebelum masuk ke persamaan, pertidaksamaan, dan ke fungsi dalam aljabar. Kemampuan dasar itu dapat digali dari pengalaman belajar siswa.
Kenyataan menunjukkan, bahwa salah satu kesulitan yang banyak dialami siswa dalam pembelajaran matematika adalah menyelesaikan soal cerita. Soal semacam ini memuat kalimat sehari-hari yang perlu diolah lebih dahulu untuk memecahkan masalahnya. Pengubahan dari soal cerita atau masalah verbal ke kalimat terbuka inilah yang kiranya menjadi salah satu kesulitan siswa. Kesulitannya tidak hanya dalam masalah kebahasaan yang menyangkut interpretasi suatu kalimat, namun juga kesulitan dalam penuangannya ke dalam bentuk simbol yang memiliki makna terkait dengan suatu masalah. Pengubahan ke simbol dan rangkaian simbol yang diantaranya merupakan bentuk aljabar, sebagai suatu ungkapan matematis dari suatu pernyataan keseharian, dan sebaliknya dari ungkapan matematis ke bahasa sehari-hari kurang dikuasai siswa. Bahkan, banyak buku penunjang yang digunakan di sekolah tidak memuat latihan dasar tentang hal ini. Oleh karena itu pada bab II akan di bahas mengenai langkah-langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita agar dapat membantu mengatasi kesulitan siswa.

B. Rumusan Masalah 
1. Apa yang menyebabkan materi aljabar terutama yang menyangkut penyelesaian soal cerita dianggap sulit oleh para siswa ?
2. Bagaimana langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita?

C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan para pembaca khususnya mengenai cara mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita
2. Para pembaca khususnya para guru dapat menyadari beberapa hal yang menyebabkan kesulitan para siwa dalam materi aljabar terutama yang menyangkut penyelesaian soal cerita. 
3. Para pembaca dapat mengetahui langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode yang digunakan dan sistematika penulisan. Bab II berupa pembahasan. Dan bab III berupa penutup terdiri dari simpulan dan saran. 


BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa yang menyebabkan materi aljabar terutama yang menyangkut penyelesaian soal cerita dianggap sulit oleh para siswa ?
Aljabar merupakan bahasa simbol dan relasi (Johnson dan Rising, 1972: 3). Aljabar digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dengan bahasa simbol, dari relasi-relasi yang muncul, masalah-masalah dipecahkan secara sederhana. Bahkan untuk hal-hal tertentu ada algoritma-algoritma yang mudah diikuti dalam rangka memecahkan masalah simbolik itu, yang pada saatnya nanti dikembalikan kepada masalah sehari-hari. Jadi belajar aljabar bukan semata-mata belajar tentang simbol atau keabstrakannya, melainkan belajar tentang masalah sehari-hari.
Di lain pihak, siswa banyak mengandalkan rumus. Rumus-rumus oleh banyak siswa dianggap paling penting dalam matematika. Dianggap demikian karena terpengaruh oleh sebagian besar buku mata pelajaran matematika berisi uraian, contoh, dan soal-soal tentang penggunaan prosedur maupun rumus-rumus matematika. Sering terjadi, begitu ada soal, siswa mencari rumus lebih dahulu. Sering tidak disadari bahwa rumus tidak memiliki arti dalam kehidupan sehari-hari tanpa tahu makna rumus itu, dan dalam konteks mana rumus itu digunakan. Hafal rumus tidak ada artinya jika soal cerita belum diubah menjadi suatu kalimat matematika yang secara langsung terkait dengan rumus maupun prosedur penyelesaian suatu masalah. . Pengubahan ke simbol dan rangkaian simbol yang diantaranya merupakan bentuk aljabar, sebagai suatu ungkapan matematis dari suatu pernyataan keseharian, dan sebaliknya dari ungkapan matematis ke bahasa sehari-hari kurang dikuasai siswa karena latihan transformasi dari bentuk satu ke bentuk lain tersebut kurang.
Di samping itu, penguasaan bentuk aljabar kurang memperoleh porsi cukup. Butler dan Wren (1960), mendapatkan kenyataan bahwa kesulitan tersebut dapat berakar dari cara pandang siswa terhadap variabel berupa huruf dalam aljabar. Banyak siswa masih ”rancu” dengan menganggap huruf yang merepresentasikan bilangan dipandang sebagai huruf yang merepresentasikan objek atau benda, di samping sering memandang huruf sebagai representasi satu macam bilangan.
Menurut Butler dan Wren (1960), kesulitan siswa yaitu dalam pemecahan masalah. Kesulitan itu sampai kini masih banyak dirasakan para guru, meliputi: (1) komputasi, (2) kurangnya kemampuan penalaran, (3) kurangnya kemampuan pengelolaan prosedur secara sistematis, (3) kesulitan dalam memilih proses yang akan digunakan, (4) kesalahan dalam memahami maksud dari yang dipermasalahkan, (5) kurangnya kebiasaan (habit) membaca, (6) kurangnya penguasaan kosakata, (7) perhatian terhadap sesuatu masalah yang hanya sepintas, (8) kurangnya kemampuan memilih yang esensial dari masalahnya, (9) kekurangmampuan menerjemahkan ungkapan, (10) kekurangcermatan membaca, mungkin juga karena memang ada kekurangan kemampuan inderanya, (11) kurangnya perhatian/ketertarikan, dan (12) kebiasaan senang menebak untuk memperoleh jawaban secara cepat.
Maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru agar dapat membantu pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita, diantaranya: 
a. Menyusun dan mengajarkan berbagai alternatif ungkapan sehari-hari dari bentuk-bentuk aljabar sederhana,
b. Membelajarkan siswa menyusun model matematika dari yang sederhana ke yang lebih rumit (dari ungkapan sederhana ke pernyataan rasional) dari ungkapan/pernyataan verbal atau ungkapan dan kalimat sehari-hari ke model matematika,
c. Membelajarkan siswa untuk menggunakan pengertian-pengertian dasar dan kesepakatan-kesepakatan dalam aljabar dengan tepat, dan
d. Mengajarkan cara menyelesaikan kalimat terbuka menggunakan langkah-langkah yang penalarannya mudah diikuti siswa.

B. Bagaimana langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita?
Salah satu yang perlu dilakukan oleh siapapun yang akan memecahkan masalah verbal adalah membaca masalah itu dengan cermat (jika perlu soal dibaca tidak hanya sekali saja), memahami masalahnya (tahu apa yang ditanyakan), dan dapat memahami data yang sudah tersedia. 

1. Langkah-langkah Menyelesaikan Masalah Verbal
Diperlukan langkah-langkah sistematis untuk menyusun model matematika agar model yang diinginkan dapat tersusun. Arya dan Lardner (1981: 63) dan Auviel dan Poluga (1984: 115) menyarankan langkah-langkah dasar menyelesaikan masalah verbal sebagai berikut:
1) Memilih sebuah variabel
a. Variabel ini biasanya adalah bilangan yang menyatakan sesuatu yang ditanyakan, atau dapat juga yang terkait langsung atau tidak langsung dengan yang ditanyakan. Misalnya jika yang ditanyakan kecepatan, maka yang dimisalkan dapat dipilih jarak yang ditempuh, dapat pula waktu yang diperlukan.
b. Jika masalahnya menyangkut selain bentuk aljabar (sebagai alat perhitungan) juga terutama menyangkut geometri, maka gambar atau diagram yang sesuai diperlukan dalam memilih atau menentukan variabel.
c. Jika permasalahannya menyangkut lebih dari satu hal yang masing-masing memerlukan adanya variabel, maka dipilih variabel kedua.
2) Menyusun bentuk-bentuk aljabar
a. Jika perlu, dan pada awal penentuan variabel belum ada gambar/diagram, dahuluilah membentuk suatu diagram situasi.
b. Nyatakan setiap bilangan yang ada dalam masalah verbal itu dengan variabel terpilih. Jika tidak, tuliskan bilangan itu sebagai konstanta. Susunlah dalam suatu bentuk aljabar.
3) Menyusun model matematikanya.
a. Nyatakan relasi antara bilangan-bilangan dan variabel dalam bentuk aljabarnya yang telah diperoleh sehingga tersusun model matematika yang berbentuk kalimat terbuka.
b. Relasinya mungkin membentuk suatu kalimat terbuka. KalimaT terbukanya mungkin persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan, atau sistem pertidaksamaan. Selain itu, relasi yang terbentuk dapat merupakan relasi fungsional (sebuah fungsi).
4) Menyelesaikan kalimat terbuka atau model matematikanya
Prosedur penyelesaiannya sesuai dengan prosedur atau algoritma jenis kalimat terbuka atau fungsinya.
5) Nyatakan jawaban sesuai yang ditanyakan pada masalah itu
6) Periksa kebenaran jawaban dengan “mengembalikannya” ke persoalan awal
Pemeriksaan juga menyangkut validitas jawaban sesuai konteks dan menyingkirkan kemungkinan adanya “akar palsu”. 

2. Menyusun Bentuk Aljabar Sederhana
Dalam memecahkan masalah matematika yang terkait dengan soal cerita atau pemecahan masalah pada umumnya, salah satu kuncinya adalah keberhasilan penyusunan model matematikanya. Kenyatannya, dalam kesulitan siswa tentang aljabar sering terselip kesulitan siswa tentang aritmetikanya, dan kesulitan lain seperti dikemukakan Butler dan Wren. Siswa banyak mengalami kesulitan dalam menyusun model matematika dari kalimat sehari-hari. Agar ketika para siswa menghadapi soal yang kompleks mereka tidak mengalami kebingungan dalam memulai langkahnya, maka guru harus mengajarkan para siswa tentang langkah-langkah penyususnan model matematika dari kalimat sehari-hari. Ini dilakukan dengan cara mengajari mereka cara menyusun bentuk aljabar sederhana. Selain itu, siswa juga perlu pahami konsep dan kesepakatan-kesepakatan dasar yang digunakan dalam bahasa matematika, yaitu aljabar.

3. Alternatif Menyusun Bentuk Aljabar dari Masalah Verbal
Alternatif Menyusun Bentuk Aljabar dari Masalah Verbal diawali menyusun bentuk aljabar dari soal yang memuat kalimat verbal yang cukup sederhana. Hal tersebut dibantu dengan membuat diagram situasi dan berlatih menerjemahkan kalimat biasa yang cukup sederhana menjadi kalimat matematika. 
Masalah verbal yang banyak dikeluhkan menjadi kesulitan siswa pada pada umumnya yaitu masalah yang sering muncul pada soal-soal terapan di bagian akhir soal-soal suatu pokok bahasan. Soal-soal itu sering telah memuat 5 sampai 8 kalimat. Namun jika diperhatikan lebih cermat, kesulitan itu antara lain juga disebabkan kurangnya latihan menyelesaikan soal yang memuat kalimat verbal yang cukup sederhana. Karena itu, siswa perlu diberikan pengalaman belajar mengubah kalimat sederhana menjadi model matematika, baik bentuk aljabar maupun kalimat terbuka. 
Langkah awal adalah menentukan/memilih sebuah (atau lebih) variabel.
Contoh menyusun model matematika bentuk aljabar:
a) Ukuran panjang bertambah 5 cm.
Alternatif 1.
Tulis x: ukuran panjang semula
Jadi ukuran panjang sekarang adalah x + 5.
Alternatif 2.
Ukuran panjang bertambah 5 cm.
Jika panjang semula dimisalkan x, bentuk aljabarnya x + 5

b) Misalkan l adalah lebar sebuah persegi panjang yang ukuran
panjangnya 8 cm lebih dari dua kali lebarnya.
Alternatif 1.
Tulis l: ukuran lebar persegipanjang dan
2 l : dua kali lebar persegipanjang!
Jadi, ukuran panjang persegipanjang adalah 2l + 8.
Alternatif 2.
Lebar persegipanjang semula l cm.
Panjangnya 8 cm lebih dari dua kali lebarnya
Jadi, ukuran panjang persegipanjang adalah 2l + 8.

Masalah verbal sederhana dapat diselesaikan menggunakan beberapa cara, diantaranya adalah dengan memberikan tanda bagian-bagian yang terkait dengan inti masalah (yang ditanyakan), yang diketahui, maupun hubungan antara keduanya. Mengubah pernyataan menjadi suatu relasi yang lebih jelas akan memudahkan penyelesaiannya.
4. Alternatif Kegiatan Menyusun Kalimat Terbuka dari Masalah Verbal
Sebelum siswa terbiasa dengan soal-soal cerita yang memuat sejumlah kalimat sehingga menjadi soal yang tersaji dalam 5 – 10 baris, setelah mengenal bentuk aljabar seyogyanya siswa dilatih menerjemahkan kalimat biasa yang cukup sederhana menjadi kalimat matematika.
Tahap berikutnya adalah menyusun model yang memuat kalimat terbuka sederhana dari permasalahan yang memuat beberapa kalimat

5. Menyusun Model dan Menyelesaikan Masalah
Setelah memahami langkah-langkah dasar dalam memahami masalah, maka barulah penyusunan model dan penyelesaiannya dapat dilakukan oleh siswa.
Contoh 1
Empat tahun yang lalu umur seorang bapak 5 kali umur anak pertamanya. Tiga tahun mendatang umur bapak itu tiga kali umur anak pertama tersebut. Berapa tahun lagi umur bapak tersebut setengah abad?

Penyelesaian:
Cara I
1) Memilih variabel
Misalkan umur anak sekarang a tahun dan umur bapaknya b tahun.
2) Menyusun bentuk aljabar
Membuat diagram/sketsa situasi berdasar umur sekarang.
4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
anak a 
bapak b 
Setelah dilengkapi dengan menggunakan 4 tahun yang lalu dan 3 tahun yang akan datang, diagramnya yang memuat bentuk aljabar adalah sebagai berikut (urutan pengisian sesuai arah anak panah).

4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
Anak a – 4 a  a + 3
Bapak b – 4 b  b + 3

3) Menyusun model matematika
Dalam hal ini mencari hubungan (relasi) antara bentuk aljabar. Empat tahun yang lalu umur bapak 5 kali umur anak pertamanya
b – 4 = 5(a – 4)..................... (1)
Tiga tahun mendatang umur bapak itu tiga kali umur anak pertama
b + 3 = 3(a + 3)..................... (2)
Bentuk model matematika yaitu berupa suatu sistem persamaan linear dengan dua variabel
b – 4 = 5(a – 4)..................... (1)
b + 3 = 3(a + 3)..................... (2)
4) Menyelesaikan kalimat terbuka atau model matematikanya
b – 4 = 5a – 20
b + 3 = 3a + 9 
– 7 = 2a – 29 2a = 22 a = 11
a = 11 disubstitusikan pada (2) diperoleh b + 3 = 3 14 b = 39.
Karena siswa Kelas VII belum mengenal teknik penyelesaian sistem persamaan dengan dua variabel, maka konsep “substitusi” dapat dingatkan kembali dan digunakan sebagai salah satu strategi penyelesaiannya.
b – 4 = 5a – 20 b = 5a 16 …... (*)
disubstitusikan ke (2) menjadi
(2): b + 3 = 3a + 9 5a-16 + 3 = 3a + 9
2a = 22 a = 11
Dari persamaan (*) diperoleh b = 5 11 −16 = 39
Situasi sebenarnya adalah:

4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
anak a – 4 = 11 – 4 =7 a = 11  a + 3 = 11 + 3 = 14 
bapak b – 4 = 39 – 4 = 35 b =39  b + 3 = 39 + 3 = 42
5) Menyatakan jawabnya sesuai yang ditanyakan pada masalah itu.
Umur bapak itu sekarang 39 tahun. Jadi, umur bapak itu setengah abad 11 tahun mendatang.
6) Pemeriksaan:
4 tahun yang lalu umur ayah 35 tahun, sedangkan anaknya anak 7 tahun. Pernyataan umur ayah 5 kali umur anak bernilai benar. 3 tahun lagi umur ayah 42 tahun, seadangkan anaknya 14 tahun. Pernyataan umur ayah 3 kali umur anak bernilai benar.

Cara II
1) Memisalkan umur ayah dan anak 4 tahun yang lalu (memilih variabel)
Misalkan umur anak 4 tahun yang lalu adalah a tahun dan umur bapak b tahun.
2) Menyusun bentuk aljabar
Membuat diagram/sketsa situasi berdasar umur 4 tahun yang lalu
4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
anak a 
bapak b 

Setelah dilengkapi dengan menggunakan 4 tahun yang lalu dan 3 tahun yang akan datang dari sekarang (dari 4 tahun yang lalu ke sekarang “bertambah 4”), diagram yang memuat bentuk aljabar adalah sebagai berikut (urutan pengisian sesuai arah anak panah):
4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
anak a  a + 4 a + 7
bapak b  b + 4 b + 7 
3) Mencari hubungan antara bentuk aljabar sesuai informasi yang belum digunakan
Empat tahun yang lalu umur bapak 5 kali umur anak pertamanya
b = 5a
Tiga tahun mendatang umur bapak itu tiga kali umur anak pertama
b + 7 = 3(a + 7)
Bentuk model matematika, yaitu berupa suatu sistem persamaan linear dengan dua variabel,
b = 5a
b + 7 = 3(a + 7)
4) Menyelesaikan kalimat terbuka (model matematika)-nya
b = 5a atau b + 7 = 3(a + 7); b = 5a
b + 7 = 3a + 21_ sehingga 5a + 7 = 3a + 21
–7 = 2a – 21 2a = 14 a = 7 2a = 14 a = 7
Jika nilai a = 7 disubstitusikan ke persamaan pertama, diperoleh b = 5 x7 = 35.
Situasi sebenarnya adalah:
4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
anak a = 7  a + 4 = 7 + 4 = 11 a + 7 = 7 + 7 = 14
bapak b = 35  b + 4 b + 7 = 35 + 7 = 42
5) Menyatakan jawaban sesuai yang ditanyakan pada masalah itu
Umur bapak itu sekarang 39 tahun. Jadi umur bapak itu mencapai setengah
abad 11 tahun mendatang.
6) Pemeriksaan:
4 tahun yang lalu umur ayah 35 tahun, sedangkan, anaknya 7 tahun. Pernyataan umur ayah 5 kali umur anak bernilai benar. 3 tahun lagi umur ayah 42 tahun, sedangkan anak 14 tahun. Pernyataan umur ayah 3 kali umur anaknya, benar.

Cara III
1) Memilih/menentukan variabel
Misalkan umur anak 4 tahun yang lalu adalah a tahun.
2) 2. Menyusun bentuk aljabar
Membuat diagram/sketsa situasi berdasar umur 4 tahun yang lalu
4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
anak a 
bapak 

Karena umur si Bapak 4 tahun yang lalu 5 kali umur anaknya, maka
4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
anak a 
bapak 5a 
Hasil pengisian tabel umur sekarang dan 3 tahun yang akan datang kaitannya dengan 4 tahun yang lalu adalah sebagai berikut.
4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
anak a 
 a + 4 a + 7

bapak 5a  5a + 4 5a + 7

3) Mencari hubungan antar bentuk aljabar sesuai informasi yang belum
digunakan (Menyusun model matematikanya)
Tiga tahun mendatang umur bapak itu tiga kali umur anak pertama.
5a + 7 = 3(a + 7)
Bentuk model matematika yaitu berupa sebuah persamaan linear:
5a + 7 = 3a + 21
4) Menyelesaikan kalimat terbuka (model matematika)-nya
5a + 7 = 3a + 21 2a = 14 a = 7
Situasi sebenarnya adalah:
4 tahun yang lalu sekarang 3 tahun mendatang
Anak a = 7
 a + 4 = 7 + 4 = 11 
a + 7 = 7 + 7 = 14
bapak 5a = 5 x7 = 35 5a + 4 5a + 7 = 35 + 7 = 42 
Langkah 5 dan 6 sama dengan Cara I dan II.

Cara IV
Tulis x: umur ayah sekarang dan
y: umur anak sekarang
Dipunyai: x 4 = 5(y 4) dan
x + 3 = 3(y + 3).
Jelas x 4 = 5(y -4) x = 5y-16
Jadi, 5y 16 + 3 = 3(y + 3).
y = 11
Dengan demikian, x = 55 −16 = 39.
Jadi, 11 tahun lagi umur ayah genap setengah abad.


BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Jadi kemamampuan untuk menyelesaikan masalah verbal penting dikuasai oleh para siswa. Karena menurut Permendiknas No. 22 th 2006 tentang Standar Isi, satu tujuan pembelajaran matematika di SMP dalam rangka mewujudkan hasil belajar berupa kecakapan matematika salah satu diantaranya adalah: memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Untuk menyelesaikan soal cerita atau masalah verbal ini perlu melalui beberapa langkah yang harus dikuasai siswa dan juga kemampuan dasar dari materi yang bersangkutan dalam hal ini materi aljabar, sudah harus dipahami oleh para siswa. Para guru matematika harus mengajarkan materi ini sampai siswa benar-benar berkompeten. Sehingga bisa mempercepat dalam memahami/mempelajari materi yang lebih lanjut lagi. Selain itu,kita dapat belajar memnyelesaikan masalah sehari-hati,karena materi aljabar bukan hanya mempelajari tentang simbol atau keabstrakannya saja, tetapi juga mempelajari masalah sehari – hari


REFERENSI

Arya dan Lardner (1981: 63) (dalam PPPPTK Matematika. 2009.Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP (Modul Matematika SMP Program BERMUTU ). D.I. Yogyakarta. )

Auviel dan Poluga (1984: 115) (dalam PPPPTK Matematika. 2009.Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP (Modul Matematika SMP Program BERMUTU ). D.I. Yogyakarta. )

Butler dan Wren (1960) (dalam PPPPTK Matematika. 2009.Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP (Modul Matematika SMP Program BERMUTU ). D.I. Yogyakarta. )

Butler dan Wren (1960) (dalam PPPPTK Matematika. 2009.Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP (Modul Matematika SMP Program BERMUTU ). D.I. Yogyakarta. )

http://p4tkmatematika.org/category/matematika-smp/

Permendiknas No. 22 th 2006 tentang Standar Isi

PPPPTK Matematika. 2009.Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP (Modul Matematika SMP Program BERMUTU ). D.I. Yogyakarta.
Baca Selengkapnya...