Karakteristik Perkembangan Sosial Masa Remaja serta Implikasinya dalam Pandidikan
MAKALAH ( REVISI )
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dalam Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik
Disusun oleh: Kelompok 6
* Ferdian Falah (0905685)
* Ito Ismanto (0905816)
* Mohamad Sugiono (0905610)
* Saim Hidayat (0900661)
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Bandung
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa perkem-bangan dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun internal. Ma-salah-masalah yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pen-didik, agar remaja tidak mengalami kemunduran mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa remaja, Mereka akan cenderung melakukan per-buatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan masalah-masalah tersebut dengan pen-didikan, baik pendidikan formal ataupunnon-formal.
Dengan demikian, makalah ini ditulis agar kita bisa memahami dan mengerti definisi dari masa remaja dan bagaimana karakteristik perkembangan sosial masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan - rumusan yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang disebut dengan masa remaja?
2. Apa Perkembangan Hubungan Sosial itu?
3. Bagaimana Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja?
4. Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial?
5. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku?
6. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial?
7. Apa Implikasi Masalah yang Timbul pada Remaja dengan Pendidikan?
8.Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dengan tujuan :
1. Memahami Definisi Masa Remaja.
2. Memahami Pengertian Perkembangan Hubungan Sosial
3. Mengetahui Karaktristik Perkembangan Sosial Remaja
4. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
5. Memahami Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
6. Memahami Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial
7. Mengetahui Implikasi Masalah yang Timbul pada Remaja dengan Pendidikan
8. Memahami Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Dengan demikian, makalah ini ditulis agar kita bisa memahami dan mengerti definisi dari masa remaja dan bagaimana karakteristik perkembangan sosial masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan - rumusan yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang disebut dengan masa remaja?
2. Apa Perkembangan Hubungan Sosial itu?
3. Bagaimana Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja?
4. Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial?
5. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku?
6. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial?
7. Apa Implikasi Masalah yang Timbul pada Remaja dengan Pendidikan?
8.Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dengan tujuan :
1. Memahami Definisi Masa Remaja.
2. Memahami Pengertian Perkembangan Hubungan Sosial
3. Mengetahui Karaktristik Perkembangan Sosial Remaja
4. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
5. Memahami Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
6. Memahami Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial
7. Mengetahui Implikasi Masalah yang Timbul pada Remaja dengan Pendidikan
8. Memahami Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Remaja (adolescence)
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas di-rinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun so-sialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya (Gunawan: 2000).
Lefrancois (2002: 130) menyatakan bahwa periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datang awal masa dewasanya. Secara tentatif pula para ahli umumnya sependapat bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang.
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain.
B. Pengertian Perkembangan Hubungan Sosial
Manusia tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang . Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan .
Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
C. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Remaja pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
• Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesame remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
• Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.
• Menurut “Erick Erison” Bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
• Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun klelompok kecil.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Faktor – faktor keluarga yang mempengaruhi perkembangan remaja:
1) Keberfungsian Keluarga
Keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana yang telah dijelaskan. ditandai oleh karakteristik: Saling memperhatikan dan mencintai, bersikap terbuka dan jujur, orangtua mau mendengar anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatnya, ada “Sharing” masalah atau pendapat diantara keluarga, mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya, saling menyesuaikan dirinya dan mengakomodasi, orang tua melindungi (mengayomi) anak, komunikasi antar anggota berlangsung dengan baik, keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai – nilai budaya, dan mampu beraaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi seperti diatas, keluarga tersebut berarti mengalami stagnasi (kemandegan) atau disfungsi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan konstelasi keluarga tersebut (khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak).
Adapun ciri – ciri keluarga yang mengalami disfungsi yaitu: Kematian salah satu atau kedua orangtua, kedua orangtua bercerai(Divorce), hubungan kedua orangtua tidak baik (por marriage), hubungan orangtua dengan anak tidak baik (por parent – child relationship), suasana rumah tangga yang tegang tanpa kehangatan (high tensión and low warmth), orangtua sibuk dan jarang di rumah (parent’s absence), dan salah satu atau kedua orangtua mengalami kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or psychological disorder).
2) Pola Hubungan Keluarga
Peck (Loree, 1970: 144) telah meneliti hubungan antara karakteristik emocional dan pola perlakuan keluarga dengan elemen – elemen Struktur kepribadian remaja. yaitu sebagai berikut:
a. Remaja yang memiliki “ego strenght” secara konsisten berkaitan erat dengan pengalamannya dilingkungan keluarga yang saling mempercayai dan menerima.
b. Remaja yang memiliki “super ego strenght”, sangat berkaitan erat dengan keteraturan dan konsistensi kehidupan keluarganya.
c. Remaja yang “friendliness” dan “spontanetty”, berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis.
d. Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan gelisah atau cemas terhadap dorongan – dorongan dari dalam, berkaitan dengan keluarga yang otoriter.
3) Kelas Sosial dan Status Ekonomi
Pikunas (1976: 72) mengemukakan pendapat Becker, Deutsch, Kohn dan Sheldon, tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara atau teknik orangtua dalam mengatur (mengelola/memperlakukan) anak, yaitu bahwa:
a. Kelas Bawah (Lower Class) cenderung lebih keras dalam “toilet training” dan lebih sering meggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah.
b. Kelas Menengah (Middle Class) cenderung lebih memberikan pengawasan, dan perhatiannya sebagai orangtua.
c. Kelas Atas (Upper Class) cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnyadengan kegiatan – kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang Pendidikan yang reputesinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.
2. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
E. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide - ide dari teori – teori yang menyebabkan siakp kritis terhadap situasi dan orang lain.
Pengaruh egosentris sering terlihat pada pemikiran remaja, yaitu :
1. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat jauh dan kesulitan-kesuliatn praktis.
2. Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain
Pencerminan sifat egois dapat menyebabkan dalam menghadapi pendapat oaring lain, maka sifat ego semakin kecil sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang semakin baik dan matang.
F. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial
Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia.
Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
G. Implikasi Masalah Remaja dengan Pendidikan
Conger (dalam Abin, 1975: 11) menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja harus dilakukan secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurang-nya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya:
1. Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisi-ologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat me-nyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut ada-lah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik remaja.
2. Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersang-kutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.
3. Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyela-raskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tu-juannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan,
4. Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian, seyogyanya seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil ke-putusan /tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.
H. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
a Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti, bakti karya dan kelompok-kelompok belajar untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas di-rinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun so-sialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya (Gunawan: 2000).
Lefrancois (2002: 130) menyatakan bahwa periode masa remaja itu kiranya dapat didefinisikan secara umum sebagai suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanaknya sampai datang awal masa dewasanya. Secara tentatif pula para ahli umumnya sependapat bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang.
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain.
B. Pengertian Perkembangan Hubungan Sosial
Manusia tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang . Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan .
Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
C. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Remaja pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
• Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesame remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
• Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya.
• Menurut “Erick Erison” Bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
• Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun klelompok kecil.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Faktor – faktor keluarga yang mempengaruhi perkembangan remaja:
1) Keberfungsian Keluarga
Keluarga yang fungsional (normal) yaitu keluarga yang telah mampu melaksanakan fungsinya sebagaimana yang telah dijelaskan. ditandai oleh karakteristik: Saling memperhatikan dan mencintai, bersikap terbuka dan jujur, orangtua mau mendengar anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatnya, ada “Sharing” masalah atau pendapat diantara keluarga, mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya, saling menyesuaikan dirinya dan mengakomodasi, orang tua melindungi (mengayomi) anak, komunikasi antar anggota berlangsung dengan baik, keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai – nilai budaya, dan mampu beraaptasi dengan perubahan yang terjadi.
Apabila dalam suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi – fungsi seperti diatas, keluarga tersebut berarti mengalami stagnasi (kemandegan) atau disfungsi yang pada gilirannya akan merusak kekokohan konstelasi keluarga tersebut (khususnya terhadap perkembangan kepribadian anak).
Adapun ciri – ciri keluarga yang mengalami disfungsi yaitu: Kematian salah satu atau kedua orangtua, kedua orangtua bercerai(Divorce), hubungan kedua orangtua tidak baik (por marriage), hubungan orangtua dengan anak tidak baik (por parent – child relationship), suasana rumah tangga yang tegang tanpa kehangatan (high tensión and low warmth), orangtua sibuk dan jarang di rumah (parent’s absence), dan salah satu atau kedua orangtua mengalami kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or psychological disorder).
2) Pola Hubungan Keluarga
Peck (Loree, 1970: 144) telah meneliti hubungan antara karakteristik emocional dan pola perlakuan keluarga dengan elemen – elemen Struktur kepribadian remaja. yaitu sebagai berikut:
a. Remaja yang memiliki “ego strenght” secara konsisten berkaitan erat dengan pengalamannya dilingkungan keluarga yang saling mempercayai dan menerima.
b. Remaja yang memiliki “super ego strenght”, sangat berkaitan erat dengan keteraturan dan konsistensi kehidupan keluarganya.
c. Remaja yang “friendliness” dan “spontanetty”, berhubungan erat dengan iklim keluarga yang demokratis.
d. Remaja yang bersikap bermusuhan dan memiliki perasaan gelisah atau cemas terhadap dorongan – dorongan dari dalam, berkaitan dengan keluarga yang otoriter.
3) Kelas Sosial dan Status Ekonomi
Pikunas (1976: 72) mengemukakan pendapat Becker, Deutsch, Kohn dan Sheldon, tentang kaitan antara kelas sosial dengan cara atau teknik orangtua dalam mengatur (mengelola/memperlakukan) anak, yaitu bahwa:
a. Kelas Bawah (Lower Class) cenderung lebih keras dalam “toilet training” dan lebih sering meggunakan hukuman fisik, dibandingkan dengan kelas menengah.
b. Kelas Menengah (Middle Class) cenderung lebih memberikan pengawasan, dan perhatiannya sebagai orangtua.
c. Kelas Atas (Upper Class) cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnyadengan kegiatan – kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang Pendidikan yang reputesinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya.
2. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
E. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide - ide dari teori – teori yang menyebabkan siakp kritis terhadap situasi dan orang lain.
Pengaruh egosentris sering terlihat pada pemikiran remaja, yaitu :
1. Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat jauh dan kesulitan-kesuliatn praktis.
2. Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain
Pencerminan sifat egois dapat menyebabkan dalam menghadapi pendapat oaring lain, maka sifat ego semakin kecil sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang semakin baik dan matang.
F. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial
Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia.
Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
G. Implikasi Masalah Remaja dengan Pendidikan
Conger (dalam Abin, 1975: 11) menegaskan bahwa pemahaman dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja harus dilakukan secara interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling efektif dan strategis, karena bagi sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurang-nya untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para guru khususnya:
1. Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisi-ologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat me-nyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut ada-lah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik remaja.
2. Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersang-kutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.
3. Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyela-raskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam pembinaannya. Tu-juannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku social, moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan,
4. Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadian, seyogyanya seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil ke-putusan /tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan kepribadiannya.
H. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
a Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti, bakti karya dan kelompok-kelompok belajar untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. kesimpulan
Ä Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity).
Ä Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
Ä Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan.
Ä Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional
Ä Menurut Erick Erison, Penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
Ä Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun klelompok kecil.
Ä Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
Ä Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide - ide dari teori – teori yang menyebabkan siakp kritis terhadap situasi dan orang lain
B. Saran
Setelah tadi dipaparkan tentang karakteristik perkembangan sosial masa remaja, maka remaja – remaja yang akan datang dengan pengetahuan yang luas dan dengan kedewasaan yang benar – benar dewasa, adalah remaja yang siap untuk berkompetensi didalam segala bidang hal, mulai dari hal keagamaan sampai kepada teknologi yang mutakhir/canggih. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bersosialisasi dengan baik bersama masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Abin, S.M. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Lefrancois, G.R. Psychology for Teaching. dalam Abin S.M. 2002.
Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Singgih, Gunarsa. 1988. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulya.
Sugiyo, Teha. 1995. Keluarga sebagai Sekolah Cinta. (http:www.sabda.com, diakses 10 Desember 2009.
Soekanto. 1985. Perubahan Sosial. (http:www.masngudin.co.id, diakses 28 November 2009.
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, PT Erlangga, Jakarta.
Ä Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity).
Ä Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
Ä Pada masa remaja, anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan.
Ä Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional
Ä Menurut Erick Erison, Penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural. Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
Ä Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok, baik kelompok besar maupun klelompok kecil.
Ä Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
Ä Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide - ide dari teori – teori yang menyebabkan siakp kritis terhadap situasi dan orang lain
B. Saran
Setelah tadi dipaparkan tentang karakteristik perkembangan sosial masa remaja, maka remaja – remaja yang akan datang dengan pengetahuan yang luas dan dengan kedewasaan yang benar – benar dewasa, adalah remaja yang siap untuk berkompetensi didalam segala bidang hal, mulai dari hal keagamaan sampai kepada teknologi yang mutakhir/canggih. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bersosialisasi dengan baik bersama masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Abin, S.M. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Lefrancois, G.R. Psychology for Teaching. dalam Abin S.M. 2002.
Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Singgih, Gunarsa. 1988. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulya.
Sugiyo, Teha. 1995. Keluarga sebagai Sekolah Cinta. (http:www.sabda.com, diakses 10 Desember 2009.
Soekanto. 1985. Perubahan Sosial. (http:www.masngudin.co.id, diakses 28 November 2009.
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, PT Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar